Retro Style, Mode Masa Lalu yang Tak Pernah Tergerus Waktu

Mari kita barang sejenak mengintip-intip busana retro style, yang mana tahu bisa menggugah inspirasi gaya berpakaian kamu supaya terlihat groovy, rad, atau funky. 

Asal kamu tahu, retro style ialah tren dalam bentuk apapun termasuk dalam musik, otomotif, mode, dan sejenisnya yang diadopsi dari rentang dekade 1950 hingga 1990’an. Dalam budaya populer, tren dengan tema vintage yang diistilahkan dengan “siklus nostalgia” ini biasanya mengambil corak 20 sampai 30 tahun sebelumnya.

Istilah retro sendiri, demikian menurut Sarah Elsie Baker dalam ulasan jurnalnya berjudul Retailing Retro: Class, Cultural Capital and the Material Practices of the (Re)valuation of Style, telah digunakan sejak 1972 yang secara umum dipakai untuk mengategorikan sebuah tren apa saja di masa kini tapi sebetulnya telah ada di era sebelumnya.

Tak jauh beda dengan dunia musik, otomotif, film atau yang lain sebagaimana telah disinggung di atas, di dunia fashion retro style juga identik dengan gaya 1950 sampai 1990’an. Sebagai contoh, sempat meningkatnya popularitas kemeja flanel di Eropa di tahun 1970’an, tak lain karena meniru fashion yang sudah ada di era 1950’an. 

Masih di tahun-tahun 1970’an, di negara-negara Eropa kala itu juga berkembang tren di kalangan para pekerja prianya di mana mereka banyak mengenakan kemeja dengan motif tropis, sementara untuk outernya mereka kerap memakai cardigan smart, atau jaket letterman. Celana panjang dengan di bagian ujung bawah sedikit dilipat dan jaket kulit menjadi mode pula di kalangan anak muda saat itu.

Beda lagi di 1980’an. Pada masa itu, tren retro style tampak pada busana pria yang berubah dengan pilihan warna lebih cerah, yang kadang-kadang dalam corak tie-dye atau dikombinasikan dengan gambar printing pada kausnya. 

Dipengaruhi kultur ‘British Invasion’, juga tak sedikit koleksi di lemari pakaian muda-mudi Eropa kala itu dipenuhi celana slim-fit, dasi tipe skinny, kaus ketat, maupun kemeja dengan kerah berjenis Nehru yang sederhana namun menarik. Kemudian di tengah era itu pula, pada lingkungan pria sudah mulai memakai celana bell-bottom (celana cutbray) yang sedang populer.

Sementara di dekade 1990’an, pakaian retro style lebih identik dengan disko sebab memang genre musik yang tumbuh dan besar di Amerika Serikat tersebut punya pengaruh besar pada perkembangan mode di zaman itu. Maka tak heran, flare jeans (celana cutbray berukuran lebih lebar dari biasanya) dan kemeja bermotif dengan  mudah ditemui di mana-mana.    

Tapi efek musik tak sekuat program-program televisi dan film-film di era 2000’an. Di kurun dekade awal milenium ketiga itu, baju-baju yang dipakai pemeran di siaran televisi atau film yang sempat hits pada 1980’an seperti Miami Vice–drama kriminal berseri Amerika, atau film fiksi sains Back to the Future, dan sejenisnya mengambil posisi begitu dominan pada perkembangan mode busana retro. Karenanya, semasa itu retro style dengan pilihan warna-warna sangat terang, jaket sporty, hingga argyle sweater dan sepatu pantofel umum terlihat di tempat kongkow, semi formal, atau bahkan acara formal sekalipun. 

Pernah booming di dekade 1970 dan 1990’an, flanel lagi-lagi mewakili retro style pada 2010’an. Tapi pada saat itu juga, celana baggy kembali disukai dan agaknya menjadi satu-satunya jenis pakaian yang paling konsisten hadir di tiap waktu gaya retro muncul. Yang perlu dicatat, pakaian retro 2010’an sangat copyan 1990’an, di mana retro kala itu cenderung berkiblat ke busana yang dikenakan pemusik hip hop dan grunge. 

Dengan wataknya yang fluid, baju dan celana bergaya retro di periode 2020’an terbilang unik, lantaran kadang kala terinspirasi 1960 dan 1970’an tapi tak jarang mencomot ide tahun-tahun 1990’an. Dengan kata lain, tampil retro 2020’an ialah bicara soal kemeja bermotif bunga ala 60’an, pamer baju rajut 70’an, juga berpose dengan aksesoris 90’an semacam topi bucket, sandal thong atau sandal flip-flop. 

Demikian itu perkembangan retro style di Benua Biru, namun hal serupa juga berlaku di sini. 

Dahulu, kira-kira sedekade lalu di mana bisa dibilang belum ada brand lokal yang memproduksi tema retro–kecuali brand luar negeri dan itu pun hanya bisa dibeli oleh mereka yang berkantong ‘tebal’, muda dan mudi Indonesia hampir selalu mengunjungi toko-toko yang menjaja pakaian bekas hanya untuk tampil retro. 

Tapi, tidak dengan saat ini, yang mana sudah tak sedikit brand lokal merilis busana retro dengan satu di antaranya ialah Erigo, produsen pakaian domestik yang sekarang tengah digandrungi para jejaka dan gadis Tanah Air. 

Bukan cuma merilis jaket tracksuit serta kemeja rayon yang ramai di 1980 dan 1990’an, kamu dimanjakan Erigo pula dengan produk retro macam kemeja chambray, juga jaket windbreaker. Untuk produk retro keluaran Erigo lainnya, kamu bisa cek langsung display di bawah.